Kamis, 17 Februari 2011

SAMPAI MENUTUP MATA

 

          Suara burung berkicau mulia membangunkan Wildan di pagi hari.  Setelah mencuci muka dengan air sejuk kemudian ia membuat secangkir kopi hangat untuk menemaninya membaca harian pagi edisi minggu.  Di malam harinyanya  Wildan bersiap untuk menjemput kekasihnya, Salsa untuk makan malam bersama.

Wildan                             : “ Assalamu’alaikum” (mengetuk pintu)

Mamahnya Salsa     : (membuka pintu) “ Wallaikumsalam, eh nak Wildan mari       nak masuk! Mau jemput Salsa ya?”

Wildan                   : “ Iya Tante ”

Mamahnya Salsa     : “ Sebentar ya, tante panggil dulu Salsanya”

 

          Sementara Mamahnya Salsa memanggil Salsa, ternyata diam-diam Salwa mamperhatikan Wildan dan menawarkannya minuman.

Salwa                     : “ Eh ka Wildan, mau minum apa ka?”

Wildan                             : “ Emm.. boleh, teh aja deh Wa, makasih ya”

Salwa                     : “ Iya ka, sebentar ya”

         

          Salwa pun menuju ke dapur untuk membuatkan Wildan minuman,

sementara itu Salsa yang sudah siap pun segera menemui Wildan di ruang tamu.

 

Salsa                      : “ Pah Mah, Salsa berangkat dulu ya”

Wildan                             : “ Tante, saya berangkat dulu ya sama Salsa”

Papahnya Salsa       : “ Hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam”

Wildan                             : “Ya Om, Assalamu’alaikum”

Papahnya Wildan     : “ Waallaikumsalam”

 

          Salsa dan Wildan pun pergi, Wildan tak ingat bahwa Salwa sedang

membuatkannya minuman untuknya.  Ketika Salwa sampai di ruang tamu,

ternyata Wildan sudah pergi dengan Salsa, dengan nada kecewa pun dia berkata

Salwa                      : “ Yah sudah pergi, padahal aku sudah buatkan minuman     untuk dia”

 

          *in the night like this* Sesampainya di kafe terlihat bahwa Wildan dan Salsa sedang ngobrol sambil menyantap makanannya, namun Salsa tiba-tiba merasa pusing dan sesekali memegangi kepalanya

Wildan                             : “ Kamu kenapa?”

Salsa                      : “ Engga ko aku ngga kenapa-kenapa Cuma pusing biasa,        mungkin karena kecapean aja”

 

          Tidak lama kemudian hidung Salsa mengeluarkan darah dan tidak lama

kemudian Salsa jatuh pingsan, Wildan pun segera membawa Salsa ke rumah

sakit.  Sesampainya di rumah sakit, Wildan hanya menunggu Salsa di depan

ruang UGD, Dokterpun selesai memeriksa Salsa dan menjelaskan penyakit yang diderita kepada Salsa.

Salsa                      : “Dok, saya sakit apa?”

Dokter                   : “ Setelah beberapa tahap pemeriksaan dan hasil lab    mengatakan bahwa kamu mengidap penyakit Leukimia dan ini sudah parah”

Salsa                      : “Apa dok? Leukimia?”

DOkter                   : “ Iya, kamu harus kuat dan sabar ya”

Salsa                      : “ Iya dok. Dok, saya mohon jangan beritahu kabar ini kepada pacar saya   yang ada di depan, saya tidak mau melihatnya bersedih”

Dokter                    : “ Tenang saja, rahasia pasien tanggung jawab saya”

 

          Salsapun terkejut dan tak kuasa memendung air matanya saat mendengar

perkataan dokter, Salsa memikirkan bagaimana hubungannya dengan Wildan

yang sudah serius ini. Dokterpun berjanji untuk tidak memberitahukan tentang

keadaan Salsa kepada Wildan. Kemudian di luar ruang UGD Wildan menanyakan

keadaan Salsa

Wildan                             : “Bagaimana Dok keadaan pacar saya?”

Dokter                    : “ Oh tenang saja pacar anda baik-baik saja, hanya   kekurangan  darah”

Wildan                             : “Lalu bagaimana dok?”

Dokter                             : “ Bairkan saja dia istirahat untuk beberapa hari!”

WIldan                   : “ Baik dok”

 

          Dengan keadaan Salsa yang seperti itu, maka Wildan menelfon Tante

Diana dan Om Herman

Wildan                             : “Halo, Assalamualaikum tante?”

Mamahnya Salsa     : “ Wallaikumsalam, ini siapa ya?”

WIldan                   : “Ini Wildan tante, Salsa ada di rumah sakit tant, tadi dia     pingsan” 

Mamahnya Salsa      :“ Apa? pingsan ? Ya udah sekarang tante sama Om  langsung ke sana ya

Wildan                    : “ Baik tante”

          Papah dan mamahnya Salsa serta Salwa pun langsung berangkat

ke rumah sakit untuk melihat keadaan Salsa.  Sementara itu Wildan sangat

khawatir dengan keadaan Salsa kemudian Wildan pun menemui Salsa di

ruangannya.

Wildan                      : “Sa, gimana keadaan kamu?”

Salsa                         : “ Aku udah mendingan ko, kamu ga usah khawatir ya”

Wildan                      : “ Oh Alhamdulillah syukur deh kalo gitu”

 

          Tidak lama kemudian keluarganya Salsa datang dan langsung menuju ke

ruang dokter untuk menanyakan keadaan Salsa yang sebenarnya.

Dokter                             : “Dengan Ibu Diana dan Pak Herman?”

Papahnya Salsa          : “Iya Dok, kami orangtua Salsa “

Dokter                             : “ Mari silahkan duduk pak bu”

Papahnya Salsa          : “ Bagaimana dok keadaan anak saya yang sebenarnya?”

Dokter                                                  : “ Saya harap Bapak sekeluarga bisa bersabar setelah mengetahui keadaan Salsa sebenarnya, gini pak setelah saya periksa dengan cermat dan melalui beberapa tahap beserta hasil lab mengatakan bahwa Salsa positif mengidap penyakit Leukimia dan sudah sangat akut”

Mamahnya Salsa         : ”Apa? Leukimia?”

Dokter                       : “ Iya Bu, saya harap Ibu bisa bersabar dan tetap menjaga kesehatan Salsa agar tidak semakin parah”

Mamahnya Salsa         : “Baik dok”

Papahnya Salsa          : “Lalu berapa persen kemungkinan Salsa bisa sembuh dok?”

Dokter                       : “ Untuk kemungkinan sembuh total itu hanya sekitar 5% karena penyakit yang diderita itu sudah sangat akut, kita hanya bisa menunggu keajaiban agar Salsa bisa sembuh total pak”

Papahnya Salsa          : “ Lalu apa yang harus saya lakukan?”

Dokter                       : “ Berilah dia kasih sayang yang lebih Pak Bu, karena hal tersebut bisa memotivasi Salsa untuk sembuh dan jangan membuat Salsa banyak fikiran”

Papahnya Salsa          : “Baik dok”

 

          Herman dan Dianapun meninggalkan ruang dokter dan membawa Salsa

pulang ke rumah, karena keinginan dari Salsa.  Sesampainya di rumah, Salsa

langsung beristirah di kamarnya.  Salwa dan Wildan pergi ke rumah sakit untuk

menebus resep dokter.  Salwa merasa senang karena dia memiliki kesempatan

untuk pergi bersama Wildan.

          Di rumah,  Salsa terbangun dari tidurnya dan iya mengambil novel

karangannya Wildan yang dia tulis khusus tentang kisahnya dan Salsa yang habis

dipinjam oleh Salwa.

Salsa                              : “Loh, inikan fotonya Wildan”

          Salsa pun langsung menyelipkannya kembali dan Salsa menyadari bahwa

ternyata diam-diam Salwa juga menyukai Wildan.

          Satu minggu berselang setelah kejadian di kafe itu, Wildan berkunjung ke

rumah Salsa dan mengajaknya pergi ke Taman dekat rumah Salsa, karena ada

hal penting yang ingin Wildan bicarakan kepada Salsa

Wildan                             : “Assalamualaikum, hey Sa”

Salsa                              : “ Wallaikum salam, halo dan, ngapain kamu kesini?”

WIldan                           : “ Aku mau ngajak kamu ke taman, ada hal penting   yang ingin aku bicarakan”

Salsa                              : “Okedeh, tunggu ya aku pamit dulu sam Papah mamah

 

          Setelah Salsa berpamitan mereka pun pergi ke taman dekat rumah Salsa

Wildan                             : “ Sa, aku dapet tugas ke Paris untuk survei mengenai penerbit di sana, tapi aku juga ngga mau ninggalin kamu di sini”

Salsa                              : “ Yaudahlah engga apa-apa kok, kamu pergi aja ke sana , aku pasti baik-baik aja di sini, memangnya kapan mau berangkatnya?”

Wildan                             : “ Rencananya sih hari Jumat ini aku berangkat”

Salsa                              : “ Ya udah mulai dari sekarang kamu siap-siap dong”

Wildan                             : “ okedeh, ya udah kita pulang yu, udah malem”

 

          Sebenarnya izin yang Salsa berikan itu adalah agar Wildan tidak

mengetahui keadaan Salsa yang sebenarnya.

          Hari jumat pun tiba, Salsa dan keluarganya beserta Winda adiknya Wildan

mengantarkan Wildan ke Bandara.

Winda                            : “ Ka, kaka jaga diri ya di sana, hati-hati  ka, jangan lupa oleh-oleh ya, hehe “

Wildan                             : “ Iya nda, kamu juga hati-hati ya”

 

          Setelah Wildan pergi, Salsapun menjalani hari-harinya dengan

penyakitnya yang semakin parah, satu minggu setelah kepergian Wildan, Salsa

makin sering mengeluarkan darah dari hidungnya,dua minggu selanjutnya Salsa

mulai sering pingsan dan di rawat di rumah sakit.  Wildanpun sampai saat itu

tidak mengetahui keadaan Salsa yang sebenarnya.  Sampai akhirnya Salsa tak

sanggup untuk menahan penyakitnya itu yang semakin parah dan ajalpun

menjemputnya, sebelum Salsa meninggal, Salsa menitipkan sebuah kertas yang

akan diberikan pada Wildan

 

Salsa                              : “Pah, tolong berikan kertas ini pada Wildan, setibanya dia di Jakarta nanti”

Papahnya Salsa               : “Iya nak, nanti papah sampaikan kepada Wilan, kamu yang kuat ya Nak”

Salsa                              : “Iya pah”

 

          Tak lama kemudian setelah itu Salsa pun menghembuskan nafas

Terakhirnya.  Isak tangis pun menyelimuti pemakaman Salsa.

Mamahnya Salsa             : “Sa, kamu kenapa pergi secepat ini? Jangan tinggalin mamah sa!”

Papahnya Salsa               : “ Sudah mah, mungkin ini yang terbaik untuk Salsa, kita hanya bisa mendoakan dia saja agar dia tenang di sana mah!”

Winda                            : “Sabar ya Om, Tante, Salwa, ini sudah takdir Illahi, semoga ka Salsa tenang di sana

 

          Makam Salsa masih terasa wangi, tidak disangka kepergiannya sudah

berjalan selama satu minggu.  Kematian Salsa itu tidak diberitahukan kepada

Wildan karena khawatir Wildan akan cemas dan sangat panik.  Sesampainya

Wildan di Jakarta, kakinya tidak menagarah ke rumah Wildan, melainkan ke Rumah Alm. Salsa, karena Wildan sudah sangat merindukan Salsa.

Wildan                             : “Assalamualaikum”

Salwa                             : “Wallaikumsalam, eh Ka Wildan, ayo ka masuk”

Wildan                             : “ Iya Wa

         

          Salwapun memberitahukan kedatangan Wildan kepada orangtuanya

Salwa                             : “ Pah, Mah, ada Ka Wildan”

Mamahnya Salsa             : “ Wildan? Pah bagaimana ini? Apa kita ceritakan semuanya pada Wildan sekarang?

Papahnya Salsa               :” Iya mah, sebaiknya kita ceritakan saja sekarang, Wa kamu buatkan minum ya buat Wildan”

Salwa                             : “ Baik pah”

Mamahnya Salsa             : “Ayo pah kita temui Wildan”

Papahnya Salsa               : “ Ya sudah mama duluan saja, papah mau ambil kertas yang dititipkan oleh Salsa untuk disampaikan kepada WIldan”

         

          Dengan wajah yang tenang hal yang terjadi sebenarnya pada Salsa pun

diceritakan semuanya semuanya pada Wildan

Papahnya Salsa               : “ Na Wildan, ini ada titipan dari Salsa”

Wildan                             :  “ apa ini om? Salsanya mana?”

Papahnya Salsa               : “ Ya sudah kamu baca aja dulu suratnya”

Mamahnya Salsa             : “ paaaaahh…….”

Papahnya Salsa               : “ Sudah mah taka pa”

Wildan                                     :

Teruntuk Wildan Kekasihku…

          Mungkin saat kamu membaca surat ini aku sedang tak ada di sampingmu lagi bahkan untuk selamanya, dan kita tidak akan pernah bertemu lagi.  Aku benar-benar minta maaf karena telah menyembunyikan semua ini dari kamu, sebenarnya semenjak kejadian di kafe pada malam itu, dokter telah memfonis bahwa aku mengidap penyakit Leukimia yang sudah akut, dan harapan aku untuk bisa sembuh hanya sekitar 5% dan itu hanya sebuah keajaiban yang Tuhan berikan utnukku, dan dokter telah memfonis bahwa aku hanya mampu bertahan hidup kurang lebih selama 2 bulan saja.  Dan akupun mengizinkan kamu pergi ke Paris agar kamu tidak melihat keadaanku yang makin hari semakin parah Dan… malam harinya sepulang dari rumah sakit melihat ada fotomu terselip di novel yang kamu kasih padaku setelah dipinjam oleh Salwa, sejak saat itu aku menyadari bahwa Salwa juga mencintai kamu, dan aku berharap kalau kamu benar-benar sayang sama aku, kamu akan menikahi Salwa menjadi Istrimu.  Semua hal ini aku lakukan karena aku ingin melihat kamu bahagia bersama orang yang kamu sayang, karena selama kamu bahagia aku juga akan merasa bahagia.       

          Kekasihmu Siti Salsa Nabilla J

 

 

          Setelah Wildan membaca surat dari Salsa,Wildan sangat terpukul dan meremas wasiat dari Salsa tersebut.  Wildan diantarkan ke makam Salsa oleh Salwa dan Winda yang diajaknya. Sesampainya ia di makam Salsa….

 

Wildan                   : “Sa, kamu kenapa pergi secepat itu?

                     Salsaaa……!!”

Winda          : “ kak, aku ngerti apa yang kaka rasakan, tapi jangan nangis gitu

                     Kak… tangisan kaka gak akan ngebuat Salsa hidup lagi”

Zidan           : “Iya Dan, lo gak boleh kaya gini, gue udah

                     Berusaha buat nyembuhin Salsa, tapi kalo Allah berkehendak lain

                     Kita mau gimana lagi dan?”

Wildan                   : “ lo semua tuh cuma bisa ngomong doang! Lo gak tau kan

                     Gimana rasanya ditinggal sama orang yang kalian sayang?’’

Zidan, Winda : (diam dan nunduk)

          Mendengar adu mulut Salwa, Zidan, dan Wildan, membuat Salwa cemas.

Salwa           : (menatap nisan Salsa) “kak, maafkan aku telah mencintai kak

                     Wildan. Aku gak tau apa yang harus aku lakuin kak. Andai aja

                     Kaka masih disini, semuanya pasti tidak akan seperti ini kaak!”

 

          Setelah suasana tenang, mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Mengingat pesan Salsa, Wildan mengantar Salwa sampai ke rumah.

Wildan          : “ Makasi ya Salwa udah nunjukin kaka ke kuburan Salsa”

Salwa           : “ Iya sama-sama kak, itu udah tugas aku kok J aku masuk dulu

                     Ya kak, Assalamualaikum”

Wildan                   : “ Walaikumsalam”  

          Satu tahun setelah kepergian Salsa, tepatnya tanggal 16 Februari 2012

Wildan mendatangi rumas Salwa, ia datang bersama Zidan dan Winda.  Wildan

datang ke rumah Salwa dengan maksud untuk melamar Salwa menjadi istrinya.

          Akhirnya hari pernikahan Salwa dan Wildan pun tiba.  Pernikahan mereka

dilaksanankan pada tanggal 16 Maret 2012  di rumah Salwa.  Akad nikah

berlangsung sangat khidmat di rumah Salwa. Sambil berjabat tangan dengan

WIldan, Papahnya Salswa pun menikahi Salsa

 

Papahnya Salwa              : “ Saya nikahkan ananda SIti Salwa Nabilla binti Herman dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai!”

Wildan                             : “Saya terima nikah dan kawinnya Ananda Siti Salwa Nabilla binti Herman dengan maskawin yang tersebut dibayar tunai”

Penghulu                        : “ Giman saksi? Sah?”

Semuanya                      : “Sah….!”

 

          Tangis harupun mewarnai acara ijab Kabul Salwa dan Wildan, nampak

sesosok bayangan Salsa hadir di samping Mamahnya.  Disana Salsa

menampakan wajah bahagianya karena melihat orang yang disayanginya telah

bahagia.